This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Thursday 26 August 2010

Contoh Karya Tulis 2

TIRAM,
TUDUNG PUTIH YANG MENAWAN
Abstrak

Jawa Barat merupakan provinsi yang mempunyai potensi besar. Sebut saja Bekasi dengan Industrinya, Kuningan dengan wisatanya, dan masih banyak potensi lainnya. Salah satu di antara potensi Jawa barat adalah “jamur tiram putih”. Jamur tiram putih merupakan usaha yang digemari di daerah Cisarua Bandung. Jamur tiram putih telah menjadi salah satu usaha bagi para petani di daerah ini. Akan tetapi usaha ini sering dianggap remeh oleh kebanyakan orang yang menganggap bahwa jamur tiram sama seperti usaha lainnya.
Akan tetapi dibalik semua itu, jamur ini menyimpan segudang misteri. Misteri-misteri inilah yang belum terungkap oleh khalayak ramai, terutama oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Jamur ini mudah untuk dibudidayakan dan harga jualnya pun cukup tinggi. Sungguh ironi sekali bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Barat tidak mengembangkan usaha ini. Padahal usaha ini dapat menjadi salah satu tombak yang akan memajukan perekonomian Jawa Barat selain usaha-usaha lainnya.
Cisarua, adalah salah satu daerah yang perekonomiannya mengandalkan sektor pertanian, yaitu salah satunya jamur tiram. Sungguh beruntung Kabupaten Bandung Barat memiliki usaha yang sangat berpotensi ini. Akan tetapi itu hanyalah suatu bualan belaka apabila tidak ada dukungan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Sungguh penyusun sangat menyayangkan akan hal tersebut. Dalam perwujudan visi Jawa Barat, yaitu “Provinsi Termaju pada tahun 2010 dan Menjadi Mitra Terdepan Ibukota Negara” dibutuhkan keseriusan dan komitmen oleh kita semua. Salah satu tindak nyata adalah dengan mengembangkan ekonomi.
Melihat daerah Jawa Barat yang begitu subur, maka sangat dianjurkan untuk mengembangkan sektor pertanian dengan tanpa mengesampingkan sektor-sektor yang lain. Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat harus memperhatikan dan mendukung segala potensi yang ada, yaitu salah satunya jamur tiram. Diharapkan jamur tiram dapat mendongkrak dan membangun ekonomi Jawa Barat.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Illahi Rabbi, Shalawat serta salam semoga tercurah pada Baginda Alam, Muhammad S.A.W. Khususnya, kepada kita selaku ummat Beliau, Amiin.
Sehubungan dengan adanya Lomba Karya Tulis Ilmiah yang diprakarsai oleh FE Universitas Islam Bandung (UNISBA) dengan tema “Potensi Ekonomi Daerah di Jawa Barat” penyusun bermaksud mengikuti lomba tersebut. Alhamdulillah penyusun berhasil menyusun sebuah Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Tiram, Tudung Putih yang Menawan” . Sengaja penyusun mengambil judul tersebut sebagai gambaran umum mengenai pengetahuan masyarakat, khususnya siswa SLTA dalam gambaran ekonomi Jawa Barat.
Dengan selesainya penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terkait yang membantu, baik moril ataupun materil yang tentunya sangat membantu penyusun, di antaranya :
1. Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi FE Universitas Islam Bandung (UNISBA) yang telah menyelenggarakan Lomba Karya Tulis Ilmiah sehingga menjadi peluang besar bagi penyusun untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.
2. Drs H. Deddy Hidayat, MM selaku Kepala SMAN 1 Cisarua Bandung yang telah menyemangati, memotivasi dan memberikan berbagai failitas sehingga Karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan.
3. Teman-teman Angkatan Taruna Tiga Belas Darmaloka (Antartika), dan semua pihak yang membantu, yang tidak dapat penyusun sebutkan satu-persatu.

Penulis sadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini memiliki banyak kekurangan, untuk itu mohon dimaafkan. Terima Kasih.

Cisarua, Maret 2008


Tim
Penyusun

DAFTAR ISI

ABSTRAK…………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………….. ii
DAFTAR ISI………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah……………………………………….. 2
C. Tujuan……………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Jamur Tiram Putih, Siapakah Engkau?........................... 3
B. Proses Pembudidayaan …………………………………. 4
C. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan …………….. 8
D. Faktor Kendala Pembudidayaan……………………….. 8
E. Faktor Pendukung Pembudidayaan……………………. 10
BAB III PENUTUP
SIMPULAN…………………………………………………. 12
SARAN……………………………………………………… 13
TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………. 14
BIODATA PENYUSUN…………………………………………… 15


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ditinjau dari kenyataannya, Provinsi Jawa Barat merupakan suatu provinsi yang kaya akan potensi. Optimisme ini didasarkan pada keuntungan komperatif dan berbagai unsur penunjang yang dimiliki Jawa Barat. Potensi tersebut antara lain: Sumber Daya Alam yang mendukung seperti lahan yang masih luas dengan tingkat kesuburan yang memadai, Unsur Sumber Daya Manusia yang memadai seperti jumlah tenaga kerja yang besar dan keterampilan yang cukup baik.
Semakin majunya pengetahuan dan teknologi, semakin meningkat pula kebutuhan produk-produk holtikultura, sedangkan lahan-lahan untuk menunjang produk holtikultura tersebut semakin sedikit. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang mengembangkan potensinya di sektor ekonomi, tetapi sangat disayangkan bahwa lahan pertanian di Jawa Barat semakin sedikit.
Memang, untuk mewujudkan visi Jawa Barat dibutuhkan potensi ekonomi yang dapat mendobrak perekonomian, namun Jawa Barat seolah acuh terhadap sektor pertanian, padahal sektor ini merupakan sektor yang penting dan menjanjikan, karena sektor ini selain dapat menjadi potensi ekonomi juga dapat menghijaukan yang akan memperindang dan mempersejuk Jawa Barat.
Salah satu potensi dari sektor pertanian adalah budidaya jamur tiram yang terdapat di daerah bandung. Jamur tiram merupakan salah satu produk pertanian yang mudah untuk dibudidayakan di Indonesia karena Indonesia memiliki iklim yang cocok untuk budidaya tersebut. Budidaya jamur tiram memiliki prospek ekonomis yang cukup baik, karena bahan dasar yang dibutuhkan tersedia dengan harga yang murah. Oleh karena murahnya budidaya jamur tiram ini diharapkan dapat membuka lapangan kerja pertanian yang tentunya akan mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia, khususnya di Jawa Barat.
Penyusun berharap dengan ditulisnya karya tulis ilmiah ini, Provinsi Jawa Barat akan lebih memperhatikan potensi jamur tiram ini, mengingat permintaan terhadap jamur tiram ini banyak diminati baik di Indonesia maupun di luar Indonesia yang rata-rata setiap tahunnya terus meningkat.
B. Rumusan Masalah
Dalam pembudidayaan jamur tiram tidak semudah membalikkan telapak tangan, melainkan terdapat beberapa masalah, baik masalah eksternal maupun masalah internal. Di dalam karya tulis ilmiah ini penyusun mencoba mengangkat beberapa permasalahan dalam pembudidayaan jamur tiram yaitu : kualitas jamur tiram yang ketahanannya relatif singkat, kualitas sumber daya manusia , kurangnya perhatian pemerintah terhadap pembudidayaan jamur tiram, dan kurangnya peralatan dan faktor produksi dalam budidaya jamur dan pengembangannya.

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan karya tulis ilmiah ini yaitu untuk menggambarkan kegiatan pengembangan bisnis melalui peningkatan kapasitas produksi pada usaha budidaya jamur tiram di Desa Kertawangi, mencarikan solusi terhadap permasalahan budidaya jamur tiram, menganalisa tingkat kelayakan pengembangan bisnis peningkatan kapasitas produksi tersebut secara finansial dan sebagai sarana pembuktian terhadap keuntungan budidaya jamur tiram.













BAB II
PEMBAHASAN
A. Jamur Tiram Putih, Siapakah Engkau?
Jamur tiram dalam klasifikasi biologinya adalah sebagai berikut :
Kerajaan: Fungi

Filum: Basidiomycota

Kelas: Homobasidiomycetes

Ordo: Agaricales

Famili: Tricholomataceae

Genus: Pleurotus

Spesies: P. ostreatus

Jamur tiram menurut Cahyana Muchrogi dan M. Bakrun terbagi dalam beberapa jenis yang banyak dibanyak dibudidayakan antara lain sebagai berikut:
1. Jamur tiram putih dikenal pula dengan nama shimeji white ( varietas Florida).
2. Jamur tiram abu-abu dikenal pula dengan nama shimeji grey (vareitas sajor caju).
3. Jamur tiram coklat dikenal pula dengan nama jamur abalone (varietas cystidiosus)
4. Jamur turam merah dikeanl pula dengan nama jamur shakura (vareitas flabellatus).
Diantara jenis jamur tersebut jamur tiram putih merupakan jenis jamur yang banyak dibudidayakan dan dikonsumsi oleh masyarakat. Desa Kertawangi merupakan salah satu desa yang banyak membudidayakan jamur tiram. Banyak perusahaan-perusahaan yang mengembangkan usaha ini. Berdasarkan penelitian penyusun, usaha ini banyak digemari karena mempunyai prospek ekonomis yang cukup baik mengingat bahan dasar yang tersedia dengan harga cukup murah serta pembudidayaannya yang tidak rumit.


B. Proses Pembudidayaan
Dalam pembudidayaan jamur tiram putih diperlukan beberapa bahan, yaitu bahan utama dan bahan pelengkap. Bahan baku utama yang digunakan saat proses pembibitan yaitu agar-agar, millet, dan serbuk kayu. Adapun pada saat proses produksi yang digunakan yaitu serbuk kayu, dedak, dan kapur. Serbuk kayu yang digunakan dalam budidaya jamur tiram putih ini adalah yang mengandung karbohidrat, lignin, dan serat. Jenis kayu yang dapat digunakan antara lain, Albasia, Randu, dan kayu Meranti. Jenis kayu yang tidak bisa digunakan yaitu yang mengandung getah dan zat ekstraktif karena dapat menghambat pertumbuhan jamur.
Sedangkan bahan baku pelengkap yang digunakan ketika proses pembibitan maupun proses produksi diantaranya kentang, gips, dextrose, majun, kertas alumunium foil, karet, alkhol 90%, plastik propipropilen dan tali plastik
Adapun teknologi yang cukup praktis untuk budidaya jamur tiram Pleurotus spp, yakni tahapan membuat media bibit induk (spawn) dan tahanan memproduksi jamur tiramnya. Pada tahapan membuat media bibit induk ada 10 langkah yang perlu dilakukan. Yaitu:
1. Bahan medianya yang berupa biji-bijian atau campuran serbuk gergaji albusia (SKG) ditambah biji millet 1 (42%) : 1 (42%). Bahan baku ini adalah yang terbaik.
2. Bahan baku dicuci dan direbus selama 30 menit menggunakan pressure cooker atau panci.
3. Bahan baku tersebut ditiriskan dengan ayakan. Tambahkan 1% kapur (CaCl3), 1% gypsum (CaSO4), vitamin B kompleks (sangat sedikit) dan atau 15 persen bekatul. Kadar air 45-60 % dengan penambahan air sedikit dan pH 7.
4. Bahan baku tersebut lalu didistribusikan ke dalam baglog polipropilen atau botol susu atau botol jam pada hari itu juga. Perbotol diisi 50-60% media bibit, disumbat kapas/kapuk, dibalut kertas koran/alumunium foil.
5. Sterilisasi dalam autoclav selama 2 jam atau pasteurisasi 8 jam pada hari itu juga. Temperatur autoclave 121 derajat Celsius, tekanan 1 lb, selama 2 jam. Temperatur pasteurisasi 95 derajat Celsius.
6. Lakukan inokulasi dengan laminar flow satu hari kemudian. Setelah suhu media bibit turun sampai suhu kamar dilakukan inokulasi bibit asal biakan murni pada media PDA (sebanyak 2-3 koloni miselium per botol bibit).
7. Inkubasi (pertumbuhan miselium 15-21 hari) pada ruang inkubasi/incubator, suhu 22-28 derajat Celsius.
8. Botol atau baglog isi bibit dikocok setiap hari, dua hingga tiga kali. Hal ini dilakukan agar pertumbuhan miselium bibit jamur merata dan cepat serta media bibit tidak menggumpal/mengeras.
9. Bibit induk dipenuhi miselium jamur dengan ciri pertumbuhan miselium jamur kompak dan merata.
10. Jamur tersebut digunakan sebagai inokulan/bibit induk/bibit sehat perbanyakan ke 1 dan ke 2. Bibit ini disimpan dalam lemari pendingin selama 1 tahun, bila tidak akan segera digunakan.
Setelah tahap membuat media adalah tahap memproduksi jamur tiram putih. Tahapan ini juga terdiri dari 10 langkah, yaitu:
1. Siapkan serbuk kayu gergaji albasia atau kayu lainnya yang tidak bergetah. Rendam selama 0-12 jam (bergantung pada spesies/strain serbuk kayu yang digunakan).
2. Tiriskan sampai tidak ada air, pada hari itu juga dengan menggunakan saringan kawat atau ayakan kawat.
3. Membuat subtrat/media tumbuh, pada hari itu juga. Tambahkan 5-15 % bekatul atau polar (bergantung pada spesies/strain yang digunakan), 2% kapur (CaCO3), 2% gypsum (CaSO4) dan air bersih, diaduk merata, kadar air substrat 65%, pH 7.
4. Distribusikan kedalam baglog polipropilen pada hari itu juga. Padatkan dalam wadah tersebut, beri lubang bagian tengah, dipasang mulut cincin pralon, kemudian ditutup dengan kapas/kertas minyak.
5. Sterilisasi/pasteurisasi, satu hari kemudian. Simpan dalam kamar uap atau kukus dalam drum dengan suhu media di dalam baglog 95-120 derajat C selama 1-3 kali 8 jam bergantung pada jumlah substrat yang akan di pasteurisasi.
6. Inokulasi substrat dengan spawn di ruang inokulasi. Setelahsuhu baglog substrat turun sampai suhu kamar, inokulasikan bibit pada substrat dalam laminar flow. Bibit 10-15gr/kg substrat.
7. Inkubasi baglog substrat (pertumbuhan miselium 15-30 hari). Rumah jamur/kubung/ruang inkubasi dijaga tetap kering dan bersih, suhu 22-28 derajat Celsius tanpa cahaya.
8. Baglog substrat dibuka cincin dibuka (7-15 hari kemudian). Cara membuka berbeda-beda, tergantung jenis jamur kayu yang digunakan.
9. Baglog disusun di rak dalam rumah jamur (pertumbuhan jamur 10-15 hari kemudian, tumbuh pin head/bakal tumbuh buah). Bakal tumbuh buah tersebut disiram air bersih agar jamur tumbuh. Untuk jamur tiram, yang disiram rumah jamurnya. Suhu rumah jamur 16-22 derajat Celsius RH : 80-90 %.
10. Panen jamur tiram putih. Panen kurang dari 9 kali dalam waktu kurang dari 1,5 bulan tergantung cara pemeliharaan/penyiraman jamur dan kebersihan kubung. Atau sisa panen 2-5 kali seminggu.
Faktor penting yang harus diperhatikan dalam budidaya jamur tiram ini adalah masalah higienis, aplikasi bibit unggul, teknlogi produksi bibit (kultur murni, bibit induk, bibit sebar), teknologi produksi media tumbuh/substrat dan pemeliharaan serta cara panen jamur tiram.









Adapun analisa usaha jamur tiram yang penyusun teliti adalah sebagai berikut :
Analisa Usahatani Jamur Tiram (1 unit = 81 m2)
No. B A H A N J U M L A H HARGA JUMLAH JUMLAH/MUSIM
SATUAN (Rp) TAHUN I (Rp) PENYUST. (Rp)
A. INVESTASI
1 Bangunan
a. Sewa lahan 300 m2 2 tahun 500,000 1,000,000 250,000
b. Pembuatan bangunan 81 m2 178,000 14,418,000 3,604,500

2 Peralatan
a. Stelizer
* Drum 4 buah 75,000 300,000 75,000
* Tabung minyak 10 liter 1 175,000 175,000
* Kompor tekan 4 buah 75,000 300,000 75,000
* Selang kompor 4 buah 37,500 150,000 37,500
b. Pendukung
* Pompa tabung 1 set 20,000 20,000 5,000
* Sprayer 1 buah 285,000 285,000 71,250
* Ember 2 buah 15,000 30,000 7,500
* Timbangan 1 buah 150,000 150,000 37,500
* Skop 2 buah 30,000 60,000 15,000
* Cangkul 1 buah 30,000 30,000 7,500
Jumlah 16,918,000 4,360,750
B MODAL KERJA
1 Bibit 750 log 4,000 3,000,000
2 Serbuk gergaji 19 ton 100,000 1,900,000
3 Dedak 2,820 kg 1,000 2,820,000
4 Kapur 375 kg 800 300,000
5 Pupuk TSP 50 kg 5,000 250,000
6 Kantung plastik 90 kg 12,000 1,080,000
7 Karet gelang 10 kg 17,500 175,000
8 Alkhohol 95% 3 liter 15,000 45,000
9 Kapuk 30 kg 12,500 375,000
10 Minyak tanah 2,250 liter 2,600 5,850,000
11 Tenaga kerja produksi 50 HOK 15,000 6 4,500,000
12 Tenaga kerja panen 100 HOK 15,000 2 3,000,000
13 BGPPH 1 Siklus 2,750,000 2,750,000
Jumlah 26,045,000
TOTAL BIAYA 30,405,750

C PERHITUNGAN HASIL
1 Kapasitas produksi 15.000 log
2 Prosentase 90% (13.500)
3 Umur ekonomis barang investasi 2 tahun (24 bulan)
4 Harga jual tingkat petani Rp.5.000/kg
5 Pendapatan kotor per bulan = 13.500 kg x Rp.5.000,- = Rp.67.500.000,-
6 Pengembalian modal investasi = Rp.4.360.750,-
7 Pengeluaran per bulan = modal kerja + pengembalian investasi = Rp.26.045.000,- + Rp.4.360.750,-
Rp.30.045.750,-
8 Keuntungan per bulan = pendapatan/bulan - pengeluaran/bulan = Rp.67.500.000 : 6 Bulan
Rp.11.250.000,-

9 B/C Ratio = 2,22


Dapat kita lihat bahwa keuntungan dalam pembudidayaan jamur tiram ini cukup besar. Selain itu usaha ini juga digenari karena adaptasinya dengan lingkungan yang baik.



C. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap pertumbuhan jamur tiram putih adalah sebagai berikut:
1. Nutrisi
Nutrisi media sangat berperan dalam pembudidayaan jamur tiram. Bahan baku yang digunakan sebagai media tanam dapat berupa batang kayu yang sudah kering, jerami, serbuk kayu, campuran antara serbuk kayu dan jerami, atau bahkan alang-alang. Selain itu perlu ditambahkan beberapa bahan tambahan lain yaitu dedak sebagai sumber karbuhidrat, dan protein; dan kapur sebagai mineral dan pengatur pH.
2. Kadar Air
Kadar air media diatur hingga 45-50% dengan menambah air bersih air diperlukan sebagai bahan pengencer agar miselium jamur dapat tumbuh dan menyerap makanan dari media dengan baik apabila air yang ditambahkan kurang maka penyerapan makanan kurang optimal sehingga jamur menjadi kurus. Apabial air yang ditambahkan telalu banyak maka akan menyebabkan busuk akar.
3. Lingkungan
Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh diantaranya suhu, kelembaban, cahaya dan sirkulasi udara. Suhu inkubasi berkisar antara 22-28 derajat Celsius dan kelembaban 60-80%, sedangkan suhu pada saat pertumbuhan berkisar antara 16-22 derajat celsius dengan kelembaban 80-90% sirkulasi udara harus cukup. Intensitas cahaya yang diperlukan sekitar 10% (intensitas cahaya dalam ruangan cukup untuk membaca koran).

D. Faktor Kendala Pembudidayaan
Kendala-kendala yang dialami oleh pengusaha jamur tiram adalah sebagai berikut:
1. Ketahanan jamur tiram yang relatif singkat
Permasalahan yang rata-rata dialami oleh beberapa pengusaha jamur tiram putih di Desa Kertawangi adalah masalah ketahanan jamur tiram putih yang relatif singkat yakni sekitar dua hari jika dibiarkan di ruang terbuka, dan sekitar tujuh hari jika disimpan di dalam kulkas (tidak di freezer). Jika lebih dari batas waktu tersebut maka jamur tiram putih berubah warna dan pastinya hal ini akan mengakibatkan jatuhnya harga jamur tiram putih di pasaran, walaupun rasanya tetap sama. Jadi dibutuhkan kreativitas para petani dalam mengolah jamur tiram putih tersebut.
2. Kurangnya perhatian pemerintah
Sesuai hasil survey penyusun di Desa Kertawangi, rata-rata para pengusaha jamur tiram putih mengaku bahwa pemerintah, baik pemerintah pusat maupun provinsi dan daerah kurang memperhatikan usaha yang sangat berpotensi ini. Ini terbukti dengan pengakuan para pengusaha yang mengaku hanya sedikit mendapat bantuan, seperti mesin boiler, modal, dan bibit jamur tiram putih, serta media-media yang dibutuhkan. Hal ini sangat disayangkan, mengingat usaha budidaya jamur tiram putih ini memiliki prospek yang cukup baik. Hal ini terbukti dari jumlah ekspor jamur ke negara-negara lain yang rata-rata terus meningkat.

Berikut adalah tabel volume ekspor jamur Indonesia tahun 1997-2000
No. Jenis Produk Volume
1997 1998 1999 2000
1 Jamur dan cendawan tanah kering 9.586 21.733 36.224 46.416
2 Jamur segar atau beku 1.712.166 168.052 2.034.300 3.049.801
3 Jamur dikemas kedap udara 18.207.998 7.924.109 22.414.448 25.956.523
4 Jamur dikemas selain kedap udara 16.320 0 257.769 217.547
TOTAL 19.946.070 8.113.894 24.742.741 29.270.287
Sumber: Dit. Jen. Bina Produksi Hortikultura,2001
3. Kurangnya kreativitas para petani jamur tiram putih
Hal ini juga termasuk kendala pembudidayaan jamur tiram, yang tidak dapat dipandang sebelah mata. Para petani biasanya hanya menjual produk yang berbentuk jamur tiram putih segar saja. Hal ini akan berakibat nilai jual dan keuntungan yang diperoleh petani menjadi rendah, dan akan lebih berbahaya jika jamur tiram putih tersebut tidak terjual selama  tiga hari. Jika jamur tiram putih dijual dalam bentuk produk yang berbeda seperti kerupuk jamur, keripik jamur, gorengan jamur dan bentuk yang lainnya maka ketahanan atau keawetan jamur tiram putih akan lebih lama, selain itu harga jual akan menjadi lebih tinggi dipasaran.

4. Kurangnya pengetahuan terhadap jamur tiram putih
Masyarakat yang rata-rata belum mengetahui manfaat dan kelebihan jamur tiram putih akan kurang berminat untuk membeli jamur tiram putih tersebut. Itu akan menyebabkan kurangnya minat masyarakat terhadap jamur tiram putih, padahal jamur tiram putih ini mempunyai banyak kelebihan dibanding dengan jamur yang lain, seperti: warna tudungnya yang putih terlihatt lebih menarik daripada warna yang lain, rasa yang lezat menyerupai rasa daging, kandungan lemak yang rendah, serta nutrisi yang tinggi.
Berikut adalah tabel kandungan nutrisi jamur tiram putih per 100 gram bahan
No. Jenis kandungan Bahan Kering
(mg/100 g) Komposisi Berat Kering
(%)
1 Thiamin 4.80 Kadar air 90.80
2 Riboflavin 4.70 Protein kasar 30.40
3 Niasin 108.70 Lemak 2.20
4 Vitamin C 0.00 Karbohidrat 57.60
5 Kalsium 8.00 Serat kasar 8.70
6 Fosfor 134.80 Abu 9.80
7 Besi 15.20 Kalori (nilai energi) 354.00
8 Natrium 837.00
Sumber : Suriawiria, 1997
Jadi berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa jamur tiram putih memiliki kandungan gizi yang tinggi untuk dikonsumsi oleh masyarakat dengan harga yang relatif murah.
E. Faktor Pendukung Pembudidayaan
Jamur tiram putih memiliki faktor pendukung dalam pembudidayaannya, yaitu:
1. Sumber Daya Alam yang mendukung
Dilihat dari propeknya, Provinsi Jawa Barat mempunyai Sumber Daya Alam yang bagus, seperti iklim yang baik yang memungkinkan untuk menanam jamur tiram putih sepanjang tahun, serta mudahnya mencari bahan-bahan untuk produksi jamur tiram putih ini.Mudahnya adaptasi serta tidak repotnya dalam pembudidayaan jamur tiram ini menjadikan usaha ini banyak digemari.
2. Sumber Daya Manusia yang memadai
Usaha jamur tiram ini merupakan salah satu solusi terhadap lapangan kerja yang semakin sempit. Masyarakat yang berada di Desa Kertawangi yang belum mendapatkan pekerjaan dijadikan pekerja perusahaan-perusahaan jamur tiram putih. Oleh karena itu usaha ini selain menguntungkan para pengusahanya juga memberikan lapangan kerja terhadap masyarakat sekitar. Bahkan para pekerja perusahaan jamur tiram putih masih kurang karena banyaknya permintaan dari pelanggan.
3. Pemasaran yang mudah
Pemasaran menurut Kotler dan Gary (1997), merupakan suatu proses sosila dan manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan serta inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain. Kegiatan pemasaran merupakan bagian penting yang haus diperhatikan dalam usaha budidaya jamur tiram putih. Jamur tiram putih merupakan komoditas pertanian yang mudah rusak dan tidak tahan lama, sehingga dalam pemasarannya penangan yang lebih hati-hati dan harus cepat sampai ke tangan konsumen. Untungnya, prospek pemasaran jamur tiram putih masih terbuka luas baik untuk pasar lokal (domestic) maupun pasar luar negeri.
Pada saat ini, untuk pasar lokal, berapapun jumlah jamur tiram putih yang dipanen per harinya akan selalu habis oleh para pedagang pengumpul. Menurut salah seorang petani, pelanggan yang memasok pasar Induk Jakarta, bahwa tidak semua pasar di Jakarta mendapat pasokan jamur tiram putih. Padahal, Jakarta sebagai daerah perkotaan yang didalamnya banyak bermukim masyarakat yang telah mengetahui manfaat serta kandungan gizi dari jamur tiram putih ini. Pasar yang dituju dalam pemasaran jamur tiram putih ini adalah pasar lokal atau domestik. Target pasar local yang dituju antara lain Pasar Induk, seperti Pasar Tanah Tinggi (Tangerang), Pasar Caringin (Bandung), Pasar Rebo (Jakarta), dan Pasar Anyar (Bogor). Selain Pasar induk, pasar tradisional yang berada di keempat kota tersebut juga menjadi target pasar jamur tiram putih.
Selain di luar kota Bandung, pemasaran jamur tiram putih juga mudah dilakukan di Banung dan sekitarnya. Menurut salah satu perusahaan jamur tiram putih di Desa Kertawangi mengaku bahwa produksi jamur tirmnya masih kurang banyak karena masih banyak permintaan yang belum terpenuhi untuk wilayah Cisarua, Lembang, Cimahi, dan sekitarnya.

BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Budidaya jamur tiram putih merupakan usaha yang memiliki potensi yang baik, karena budidaya jamur tiram putih tidak terlalu sulit karena jamur tiram putih mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar, hanya membutuhkan modal yang tidak terlalu besar, mudahnya mencari pekerja (sumber daya manusia), pemasaran yang mudah, dan sumber daya alam yang mendukung usaha ini.
Bahan-bahan yang diperlukan dalam budidaya jamur tiram putih adalah agar-agar, millet, serbuk kayu, dedak, kapur, serat, kentang, gips, dextrose, majun, kertas alumunium foil, karet, alkohol 90%, plastik propipropilen dan tali plastik. Serbuk kayu yang digunakan dalam budidaya jamur tiram putih ini adalah yang mengandung karbohidrat, lignin, dan serat.
Jenis kayu yang dapat digunakan antara lain, Albasia, Randu, dan kayu Meranti. Jenis kayu yang tidak bisa digunakan yaitu kayu yang mengandung getah dan zat ekstraktif karena dapat menghambat pertumbuhan jamur.
Permasalahan yang banyak dialami oleh pengusaha jamur tiram putih adalah kurangnya perhatian pemerintah yang notabene selah acuh tak acuh terhadap usaha ini. Padahal budidaya jamur tiram dapat mendobrak perekonomian Jawa Barat dan dapat membantu menyelesaikan masalah pengangguran di Jawa Barat karena para pekerja biasanya dari masyarakat sekitar perusahaan tersebut.
Selain itu masalah ketahanan jamur tiram putih yang relatif singkat juga turut menambah permasalahan karena apabila telah lewat batas waktu, jamur tiram putih akan berubah warna dan akan menyebabkan jatuhnya harga jamur tiram putih di pasaran. Walaupun pemasaran jamur tiram mudah dan banyak peminatnya, tetapi masih banyak juga masyarakat yang belum mengetahui akan kandungan nutrisi jamur tiram putih, dan usaha ini sering dianggap remeh oleh khalayak ramai.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur tiram putih adalah nutrisi, kadar air, lingkungan, dan factor lainnya.
SARAN
Dalam pembudidayaan jamur tiram putih dibutuhkan kreativitas untuk mengelola jamur tiram putih tersebut agar ketahanan jamur tiram putih bias lebih lama dan harga ual akan lebih tinggi. Selain itu perlunya koordinasi masyarakat dengan pemerintah agar lebih serius dalam pembudidayaan jamur tiram putih sehingga akan tecapai hasil yang lebih baik yang dapat meningkatkan perekonomian Jawa Barat.
Jamur tiram dapat menjadi salah satu potensi besar Jawa Barat karena usaha ini mempunyai prospek ekonomi yang baik, oleh karena itu pemerintah dan pihak-pihak terkait diharapkan dapat lebih menyosialisasikan jamur tiram putih agar usaha ini lebih maju dan berkembang. Selain sosialisasi, pemerintah baiknya memberikan bantuan seperti peralatan produksi yang meliputi bibit jamur tiram putih, mesin boiler, autoclave, mesin mixer, presslog, dan bantuan lainnya yang dapat memperlancar proses produksi.
Diharapkan jamur tiram putih dapat mendorak dan membangkitkan perekonomian Jawa Barat.








TINJAUAN PUSTAKA


Gittingger, J.P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek Pertanian. Edisi Kedua.
Universitas Indonesia. Jakarta.


Loveless, A.R. (1997). Pronsip-Prinsip Biologi Tumbuhan untuk daerah Tropik, Edisi Ketiga. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Suriawiria, U. 1997. Bioteknologi Penjamuran. Penerbit Angkasa Bandung. Bandung.

Y.A Cahyana, Muchrodji, dan M. Bakrun. 1997. Jamur Tiram. Penebar Swadaya. Jakarta

Kotler, P dan Gary A. 1997. Dasar-Dasar Pemasaran. Edisi Bahasa Indonesia. Jilid I. Prenhallindo. Jakarta

Contoh Karya Tulis 1

DAFTAR ISI


Hal
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah I – 1
I.2 Identifikasi Masalah I – 2
I.3 Perumusan Masalah I – 2
I.3 Tujuan Penelitian I – 3
I.4 Pembatasan Masalah I – 3
1.5 Sistematika Penulisan I – 3

BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Operasional II – 1
a. Manajemen Transportasi II – 1
b. Permintaan dan Penawaran Jasa Transportasi II – 2
c. Konsep Analisis Kinerja Operasi II – 3

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN
3.1. Analisis Perpindahan Penumpang (Movement) III – 1
3.2. Analisis waktu perjalanan pulang pergi (bolak-balik) III – 5
3.3. Analisis Frekuensi Kendaraan dan Variansi Frekuensi III – 7
3.4. Analisis Load factor III – 9

BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan IV – 1
4.2. Saran IV – 2


Daftar Pustaka


DAFTAR TABEL

Hal
Tabel 3.1 Tabel Tingkat Perpindahan Penumpang
(Sebanyak 1x) Berdasarkan Rute Perjalanan Tahun 2008 (%) III – 2
Tabel 3.2 Tabel Tingkat Perpindahan Penumpang
Lebih dari 2 kali Berdasarkan Rute Perjalanan Tahun 2008 (%) III – 4
Tabel 3.3 Tabel Waktu Perjalanan Bolak-balik
dari Tempat Asal ke Rute Tujuan Tahun 2008 (menit) III – 6
Tabel 3.4 Tabel Frekuensi Kendaraan dan Variansinya
dari Setiap Rute/Trayek (Jam) III – 8
Tabel 3.5 Tabel Load Faktor untuk Rute
Angkutan Kota di Bandung Tahun 2008. III – 10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
DAMRI pada awal berdirinya merupakan kepanjangan dari “Djawatan Angkoetan Motor Repoeblik Indonesia” dengan tugas utama menyelenggarakan angkutan orang dan barang diatas jalan dengan menggunakan kendaraan bermotor. Namun dalam perjalannya DAMRI telah menjadi nama bagi sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menjalankan tugas operator angkutan baik orang maupun barang dengan menggunakan bus dan truk. DAMRI pada saat ini merupakan sebuah perusahaan angkutan darat yang tersebar hampir diseluruh wilayah Republik Indonesia. DAMRI menyelenggarakan angkutan baik dalam kota, antar kota, bandara, travel, maupun angkutan paket. Bahkan telah merambah kepada angkutan lintas negara yang dimulai dengan angkutan lintas negara Pontianak-Kucing (Malaysia). Dalam waktu dekat ini, DAMRI akan menapakkan pelayanannya di negara Brunei Darussalam yang akan segera disusul dengan membuka pelayanan ke Papua New Guinea dan Timor Leste.
Pada DAMRI Bandung, penyelenggaraan angkutan dalam kota (Kabupaten, Kotamadya) melalui moda bus. Dimana penyelenggaraan jasa transportasi bus ini, sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan jasa layanan publik. Sejumlah perangkat mulai dari awak bus, armada, dewan direksi, karyawan merupakan komponen-komponen internal yang terintegrasi dalam perusahaan DAMRI berperan penting dalam menentukan mobilitas dari perusahaan yang bersangkutan.
Tinjauan penelitian karya tulis ini, sejauhmana perusahaan DAMRI sebagai perusahaan jasa layanan transportasi publik milik pemerintah telah mampu memberikan layanan jasa angkutan, kontribusi, evaluasi kinerja, juga solusi terhadap sejumlah permasalahan transportasi yang ada di Kota Bandung saat ini.
1.2. Identifikasi Masalah
Pada identifikasi masalah, dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Sejauhmana perusahaan DAMRI sebagai perusahaan jasa layanan transportasi publik milik pemerintah telah mampu memberikan layanan jasa angkutan, kontribusi, evaluasi kinerja, juga solusi terhadap sejumlah permasalahan transportasi yang ada di Kota Bandung saat ini.

1.3. Perumusan Masalah
Pada perumusan masalah, dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Bagaimana perusahaan DAMRI sebagai perusahaan jasa layanan transportasi publik milik pemerintah telah mampu memberikan layanan jasa angkutan, kontribusi, evaluasi kinerja, juga solusi terhadap sejumlah permasalahan transportasi yang ada di Kota Bandung saat ini.



1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian karya tulis ini antara lain :
a. Perusahaan DAMRI mampu memberikan layanan jasa angkutan, kontribusi, evaluasi kinerja, juga solusi terhadap sejumlah permasalahan transportasi yang ada di Kota Bandung saat ini.
1.5. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini karya tulis ini, dilakukan pembatasan masalah agar penelitian menjadi lebih terfokus dan sesuai dengan tujuan penelitian.
Adapun pembatasan masalah dari penelitian karya tulis ini adalah :
a. Konsentrasi tinjauan permasalahan hanya berfokus pada evaluasi kinerja perusahaan DAMRI sebagai penyedia jasa angkutan publik.
1.6. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui gambaran yang jelas dalam penelitian karya tulis ini, maka disajikan sistematika penulisan penelitian. Sehingga diharapkan akan memudahkan dalam pemahaman terhadap masalah yang dibahas serta pemecahannya. Adapun sistematika penulisan penelitian karya tulis ini :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah serta sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Pada bab ini diuraikan tentang teori-teori atau studi literatur yang akan digunakan dan menjadi dasar untuk pemecahan masalah agar lebih mudah dan terarah.
BAB III : ANALISA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini menguraikan sejumlah permasalahan yang dimunculkan pada penelitian yang dilakukan, disertai dengan solusi-solusi terhadap permasalahan yang ada.
BAB IV : PENUTUP
Pada bab ini berisikan kesimpulan yang diperoleh dari keseluruhan kegiatan penelitian yang telah dilakukan, serta saran-saran yang dianggap perlu untuk perusahaan.
BAB II
LANDASAN TEORI

1. KONSEP OPERASIONAL
a. Manajemen Transportasi
Transportasi diartikan sebagai proses mengangkut atau membawa sesuatu dari satu tempat ke tempat lainnya. Dari definisi tersebut dapat disimpilkan bahwa kegiatan transportasi akan terjadi apabila dipenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut : (Muchtaruddin, 1990 :3)
o Ada muatan yang diangkut.
o Tersedia alat angkut yang memadai.
o Terdapat fasilitas jalan dan jembatan yang akan dilalui.
Manajemen transportasi adalah sebagai usaha dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan penghasilan jasa angkutan oleh perusahaan angkutan sedemikian rupa, sehingga dengan tarif yang berlaku dapat memenuhi kepentingan umum.
Pada umumnya manajemen transportasi menghadapi tiga tugas utama (Nasution, 1996 : 30) :
1. Menyusun rencana dan program untuk mencapai tujuan dan misi organisasi secara keseluruhan.
2. Meningkatkan produktivitas dan kinerja perusahaan.
3. Dampak sosial dan tanggung jawab sosial dalam mengoperasikan angkutan kota.
Masalah umum manajemen lalu lintas adalah bagaimana mencapai optimalisasi kapasitas angkutan. Kapasitas angkutan adalah kemampuan suatu alat angkut untuk memindahkan muatan atau barang dari suatu tempat ke tempat tertentu. Unsur-unsur kapasitas angkutan terdiri dari :
o Berat muatan
o Jarak yang ditempuh
o Waktu yang dibutuhkan
Untuk pemanfaatan maksimum dari kapasitas angkutan, manajemen lalu lintas harus mampu :
o Mencapai efesiensi, operasional yang tinggi
o Mencapai standar perawatan yang layak jalan dari kendaraan
o Mencapai organisasi yang sehat dengan standar tanggung jawab manajemen yang tinggi

b. Permintaan dan Penawaran Jasa Transportasi
1. Permintaan jasa transportasi
Kebutuhan akan jasa transportasi ditentukan oleh barang dan penumpang yang akan diangkut dari satu tempat ke tempat lain. Untuk mengetahui berapa jumlah permintaan akan jasa angkutan yang sebenarnya (actual demand) perlu dianalisis permintaan akan jasa-jasa, transportasi sebagai berikut : (Abbas Salim, 1993 : 15)
a. Pertumbuhan penduduk
b. Pembangunan wilayah dan daerah
c. Industrialisasi
d. Transmigrasi dan penyebaran penduduk
e. Analisis dan proyeksi akan permintaan jasa transportasi


2. Penawaran Jasa Transportasi
Penawaran jasa transportasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat ada kaitannya dengan permintaan akan jasa transportasi secara menyeluruh. Tiap model transportasi mempunyai sifat karakteristik dan aspek teknis yang berlainan, hal mana akan mempengaruhi terhadap jasa angkutan yang ditawarkan oleh pengangkutan. Dari sisi penawaran jasa angkutan dapat kita bedakan dari beberapa segi sebagai berikut : (Abbas, 1993 : 18)
o Peralatan yang digunakan
o Kapasitas yang tersedia
o Kondisi teknis alat angkutan yang dipakai
o Produksi jasa yang dapat diserahkan oleh perusahaan angkut
o Sistem pembiayaan dalam pengoperasian alat angkut.
Sementara itu dari segi penyedia jasa memperhatikan benar-benar agar pengguna jasa angkutan merasa puas terhadap hal-hal yang berhubungan dengan hal-hal berikut : keamanan, ketepatan, keteraturan, kenyamanan, kecepatan, kesenangan, dan kepuasan.

c. Konsep Analisis Kinerja Operasi
Untuk melakukan evaluasi tentang kinerja operasi dari angkutan kota, khususnya mobil penumpang dapat dilakukan melalui beberapa peralatan analisis sebagai berikut :
a. Perhitungan perpindahan penumpang





b. Perhitungan faktor muat/load factor




c. Variasi frekuensi




d. Perhitungan armada yang beroperasi

BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN

Untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja angkutan kota digunakan analisis sebagai berikut :
1. Analisis perpindahan penumpang (movement)
2. Analisis waktu perjalanan pulang pergi
3. Analisis frekuensi kendaraan dan varians frekuensi
4. Analisis load factor
Masing-masing peralatan analisis dapat diuraikan pada bagian berikut :

3.1. Analisis Perpindahan Penumpang (Movement)
Secara umum pengguna jasa angkutan selalu berupaya untuk mencari alat angkutan yang cepat dan dengan biaya relatif murah, sehingga diupayakan dalam melakukan perjalanan tidak berpindah dari satu alat transpor yang lain. Perpindahan alat transpor lebih dari satu kali di samping biaya relatif tinggi, juga memerlukan waktu relatif lama dari sisi keamanan tidak terjamin.
Untuk itu perlu dilakukan evaluasi terhadap tingkat perpindahan penumpang dalam memanfaatkan sarana transportasi. Semakin banyak penumpang yang berpindah dari satu alat transportasi ke alat transportasi lain, maka dikatakan bahwa manajemen angkutan kota belum memadai, sebaliknya jika relatif sedikit penumpang yang berpindah dari satu alat transportasi ke alat transportasi lainnya, maka dikatakan bahwa jalur tersebut telah efisien.
Mengingat penumpang angkutan kota relatif banyak, maka untuk melakukan analisis terhadap tingkat perpindahan penumpang dilakukan dengan model survey secara acak, dimana survey dilakukan terhadap semua rute trayek angkutan kota yang ada di Bandung yaitu sebanyak 16 trayek. Selanjutnya dari masing-masing trayek diambil sampel secara acak baik pada waktu peak (sibuk) maupun pada waktu tidak sibuk, dan setiap trayek diambil sampel sebanyak 6 penumpang yang terbagi-bagi atau waktu sibuk dan tidak sibuk.
Dari analisis perpindahan penumpang, dapat diketahui bahwa pelayanan dan pembukaan jalur yang baik adalah yang memungkinkan penumpang mengadakan perjalanan tanpa melakukan perpindahan dari tempat asal berangkat ke tempat tujuan yang diinginkan. Jika penumpang harus berpindah dari satu rute ke rute lainnya, atau dari mode angkutan satu ke mode angkutan lainnya akan menambah waktu perjalanan dan biaya.
Jika tingkat perpindahan penumpang tinggi menandakan rute tersebut tidak cocok bagi penumpang dan sebaliknya jika prosentase perpindahan rendah dikatakan rute tersebut relatif baik. Ukuran tingkat perpindahan penumpang dikatakan baik apabila hasil perhitungan perpindahan penumpang berada pada angka standar World Bank Technical (10%).
Hasil perhitungan tingkat perpindahan penumpang (berpindah satu kali dan lebih dari satu kali) dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.1
Tingkat Perpindahan Penumpang
(Sebanyak 1x) Berdasarkan Rute Perjalanan Tahun 2008 (%)
No No. Rute Jurusan Tingkat Perpindahan Rata-rata
Jam sibuk Luar jam sibuk
1 102 60 50 55
2 10 75 45 60
3 201 80 70 75
4 202 75 65 70
5 203 65 57 61
6 204 75 55 65
7 205 60 54 57
8 207 65 61 63
9 208 65 57 61
10 210 70 60 65
11 211 80 70 75
12 212 65 59 62
13 301 55 51 51
14 302 70 62 66
15 402 60 42 51
16 501 75 73 74
Sumber : Data olahan hasil penelitian

Berdasarkan pada tabel 3.1 di atas terlihat bahwa tingkat perpindahan penumpang untuk 1x dari setiap trayek dari jam sibuk rata-rata di atas 50%. Hal tersebut menandakan bahwa pembukaan jalur trayek secara keseluruhan belum efisien, dimana 50% dari penumpang masih melanjutkan perjalanan lebih dari satu kali. Menurut standar bahwa tingkat rata-rata perpindahan yang ditolelir (berdasarkan standar Bank Dunia) tingkat perpindahan penumpang maksimal 10 %. Hasil perhitungan di atas menandakan bahwa trayek yang ditujukan belum efisien.
Selanjutnya tingkat perpindahan penumpang lebih dari (satu kali) atau lebih besar dari 2 x dapat dilihat pada hasil pengumpulan data survey sebagai berikut :






Tabel 3.2
Tingkat Perpindahan Penumpang
Lebih dari 2 kali Berdasarkan Rute Perjalanan Tahun 2008 (%)
No No. Rute Jurusan Tingkat Perpindahan Rata-rata
Jam sibuk Luar jam sibuk
1 102 50 40 45
2 10 45 35 40
3 201 30 20 25
4 202 30 30 30
5 203 40 38 39
6 204 40 30 35
7 205 45 41 43
8 207 40 34 37
9 208 40 38 39
10 210 38 32 35
11 211 30 20 35
12 212 42 34 38
13 301 50 44 47
14 302 40 28 34
15 402 50 48 49
16 501 30 22 26
Sumber : Data olahan hasil penelitian
Berdasarkan tabel 3.2 tentang tingkat perpindahan lebih dari 2 x, dapat diketahui bahwa jumlah penumpang yang pindah relatif lebih sedikit prosentasenya dibanding mereka yang berpindah sebanyak 1 x. meskipun demikian perlu kiranya dikaji faktor apa saja yang menyebabkan kinerja angkutan kota di Bandung relatif masih rendah, terlebih lagi masih belum maksimalnya pengaturan angkutan kota untuk masing-masing trayek yang ada di Kota Bandung.

3.2. Analisis waktu perjalanan pulang pergi (bolak-balik)
Untuk menentukan efektivitas waktu tempuh perjalanan angkutan kota khususnya jenis oplet, perlu dilakukan perhitungan waktu tempuh perjalanan bolak-balik dari tempuh asal ke tempat tujuan dan kembali lagi ke tempat asal.
Waktu perjalanan bolak-balik ini tergantung pada kecepatan panjang rute, dan kondisi lalu lintas. Kecepatan diasumsikan bahwa kendaraan akan berjalan sesuai dengan kecepatan normal di jalan perkotaan yaitu 60 km/jam. Sementara itu panjang rute, artinya berapa jauh rute/trayek dari tempat asal sampai ke tempat tujuan. Semakin jauh jaraknya berarti semakin lama waktu tempuh untuk bolak-balik. Sedangkan kondisi lalu lintas diartikan bahwa kelancaran perjalanan sangat tergantung pada situasi dan kondisi jalan yang dilalui apakah terjadi hambatan atau tidak. Setiap penumpang menyukai apabila perjalanan mereka cepat sampai, sehingga atas dasar waktu perjalanan bolak balik tersebut dapat memperhitungkan berapa banyak kebutuhan kendaraan.
Waktu perjalan bolak-balik diasumsikan sebagai waktu perjalanan sekali putar dari tempat asal ke tempat tujuan dan kembali lagi ke tempat asal, dengan memperhitungkan waktu tunggu di terminal.
Untuk lebih jelasnya, waktu yang ditempuh kendaraan untuk setiap trayek dapat dilihat pada tabel berikut :



Tabel 3.3
Waktu Perjalanan Bolak-balik
dari Tempat Asal ke Rute Tujuan Tahun 2008 (menit)

No Nomor Frekuensi kendaraan per jam Rata-rata
Peak Pagi Peak Siang Off Peak
1 102 27 30 25 27.33
2 104 45 46 41 44.00
3 201 42 35 34 37.00
4 202 41 43 38 40.67
5 203 43 44 41 42.67
6 204 40 41 37 39.33
7 205 48.5 55 50 51.17
8 207 39 39 35 37.67
9 208 36 37 34 35.67
10 210 45 44 43 44.00
11 211 42 43 40 41.67
12 212 53 84 64 67.00
13 301 67 71 69 69.00
14 302 65 67 63 65.00
15 402 36 37 33 35.33
16 501 85 80 76 80.33
Sumber : Data olahan hasil penelitian
Berdasarkan pada tabel 3.3 di atas dapat diketahui bahwa waktu perjalan bolak-balik dari setiap trayek relatif sangat bervariasi. Di satu sisi ada yang mempunyai waktu relatif singkat, dan disisi lain ada yang mempunyai waktu relatif lama, sementara itu tarif yang diberlakukan relatif sama dengan peraturan pemerintah daerah, kondisi tersebut tentunya berpengaruh pada penghasilan armada angkutan.

3.3. Analisis Frekuensi Kendaraan dan Variansi Frekuensi
Analisis frekuensi penumpang dimaksudkan untuk mengukur kinerja angkutan kota dalam memberikan pelayanan pada penumpang. Secara umum para penumpang selalu mengharapkan cepat mendapatkan kendaraan untuk maksud perjalanannya, sehingga tidak perlu menunggu terlalu lama dan cepat sampai ke tujuan. Untuk penelitian ini mencoba untuk mengukur frekuensi kendaraan dari masing-masing trayek ke arah tujuan yang ditetapkan, baik pada waktu jam sibuk maupun di luar jam sibuk. Pada jam sibuk, frekuensi kendaraan dianjurkan 12 kendaraan tiap jam, dan pada jam sibuk frekuensi kendaraan dianjurkan paling sedikit 6 kendaraan tiap jam.
Pergantian jam sibuk, berarti pada waktu tersebut jumlah kendaraan yang dibutuhkan relatif banyak, karena banyak calon penumpang yang akan membutuhkannya untuk kepentingan berangkat kerja, berangkat sekolah/kuliah, maupun untuk keperluan bisnis. Sementara itu jam tidak sibuk, diartikan bahwa pada waktu tersebut relatif sedikit permintaan terhadap sarana angkutan, karena aktifitas calon penumpang relatif sedikit.
Berdasarkan data hasil penelitian diperoleh data tentang frekuensi kendaraan pada waktu jam sibuk dan di luar jam sibuk untuk masing-masing trayek. Teknik yang digunakan dengan cara mencatat semua kendaraan angkutan kota yang lewat dari setiap trayek dalam satuan waktu per jam. Hasil pengumpulan data dapat dilihat pada tabel berikut :




Tabel 3.4
Frekuensi Kendaraan dan Variansinya dari Setiap Rute/Trayek (Jam)
No Nomor Rute Frekuensi Kendaraan Per Jam % Variansi (2:1)
Peak (sibuk)
(1) Off Peak (di luar jam sibuk)
(2)
1 102 20 18 90
2 104 130 102 78,46
3 201 93 88 94,62
4 202 4 7 175
5 203 3 3 100
6 204 70 35 50
7 205 84 85 1001,19
8 207 68 85 125
9 208 25 15 60
10 210 69 63 91,30
11 211 78 83 106,41
12 212 140 118 84,29
13 301 102 96 94,12
14 302 3 2 66,67
15 402 66 72 109,09
16 501 35 30 85,71
Sumber : Data olahan hasil penelitian

Berdasarkan pada tabel 3.4 di atas dapat dinalisa bahwa variansi antara frekuensi kendaraan pada jam sibuk dan diluar jam sibuk relatif tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variansi yang tinggi menggambarkan adanya permintaan yang tidak stabil antara jumlah kendaraan dengan ketersediaan calon pengguna jasa angkutan.
Rute trayek dikatakan baik apabila variansi antara waktu di luar sibuk dengan waktu yang sibuk relatif sama, seperti misalnya untuk trayek 203, dimana waktu sepi dengan waktu sibuk jumlah frekuensi kendaraan sama.
Dalam kenyataannya berdasarkan hasil suvey, diperolah temuan bahwa sebagian besar rute angkutan kota di Bandung masih belum optimal, dimana pada saat sibuk kekurangan kendaraan, dan pada saat di luar jam sibuk banyak kendaraan yang menganggur. Hal itu menandakan bahwa manajemen angkutan kota untuk seluruh trayek perlu diperbaiki, karena banyak trayek yang tidak efisien lagi jika dianalisa dari aspek frekuensi dan variansinya.

3.4. Analisis Load faktor
Analisis load faktor ini dimaksudkan untuk mengukur kapasitas penumpang setiap kali perjalanan, sehingga dari data load faktor, nantinya dapat diketahui apakah setiap kendaraan dari setiap kendaraan dari setiap trayek mampu mengangkut penumpang dalam kapasitas maksimal, berarti rute dari dan ke dalam tersebut tidak menguntungkan jika dievaluasi dari aspek kapasitas penumpangnya. Namun demikian apabila ditinjau dari kepentingan masyarakat pengguna jasa, Load faktor yang rendah akan menyenangkan karena yang bersangkutan lebih leluasa dan longgar memanfaatkan tempat duduknya. Akan tetapi bagi pengusaha jasa transportasi, load faktor yang rendah akan merugikan mereka, karena kapasitas angkut setiap trayek tidak maksimal. Untuk melakukan perhitungan load faktor, yang mendekati angka kebenaran, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap setiap penumpang baik penumpang yang turun maupun yang naik kendaraan. Selanjutnya perlu dianalisa perhitungan load faktor pada saat ramai (peak) dan pada saat off peak (sepi) dari masing-masing rute/trayek. Hasil perhitungan dapat dijadikan pedoman dalam penetapan kebijakan, baik bagi pemerintah maupun bagi pengusaha angkutan itu sendiri.
Hasil perhitungan load faktor untuk seluruh trayek angkutan kota dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.5
Load Faktor untuk Rute
Angkutan Kota di Bandung Tahun 2008.
No Nomor Rute Frekuensi kendaraan per jam Rata-rata
Peak (sibuk) % Off Peak (tidak sibuk) %
1 102 25.00 20.00 22.50
2 104 42.25 24.96 33.61
3 201 57.00 55.00 56.29
4 202 57.00 25.00 34.00
5 203 43.00 30.00 43.00
6 204 56.00 45.00 25.30
7 205 45.68 39.00 42.34
8 207 40.56 35.80 38.18
9 208 40.42 30.88 35.65
10 210 55.00 54.70 54.85
11 211 78.00 63.00 70.50
12 212 38.90 36.50 37.70
13 301 62.70 44.18 53.44
14 302 45.00 35.61 40.31
15 402 55.76 44.40 50.08
16 501 77.50 71.67 72.09
Sumber : Data olahan hasil penelitian
Berdasarkan tabel 3.5 di atas dapat diketahui bahwa secara keseluruhan tingkat load faktor angkutan kota di Bandung relatif masih belum efisien. Hal tersebut terbukti dari masih rendahnya angka load faktor untuk seluruh trayek sebesar 44,37. Angka tersebut relatif rendah, yang mana tingkat kapasitas penumpang setiap perjalanan hanya terisi 50% dari kapasitas yang tersedia. Hal itu membuktikan juga bahwa jumlah armada angkutan sudah sangat penuh, sehingga tidak diperlukan penambahan armada yang baru.


BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian karya tulis ini antara lain sebagai berikut :
1. Berdasarkan pada tabel 3.1 terlihat bahwa tingkat perpindahan penumpang untuk 1x dari setiap trayek dari jam sibuk rata-rata di atas 50%. Hal tersebut menandakan bahwa pembukaan jalur trayek secara keseluruhan belum efisien, dimana 50% dari penumpang masih melanjutkan perjalanan lebih dari satu kali. Menurut standar bahwa tingkat rata-rata perpindahan yang ditolelir (berdasarkan standar Bank Dunia) tingkat perpindahan penumpang maksimal 10 %. Hasil perhitungan di atas menandakan bahwa trayek yang ditujukan belum efisien.
2. Berdasarkan tabel 3.2 tentang tingkat perpindahan lebih dari 2 x, dapat diketahui bahwa jumlah penumpang yang pindah relatif lebih sedikit prosentasenya dibanding mereka yang berpindah sebanyak 1 x. meskipun demikian perlu kiranya dikaji faktor apa saja yang menyebabkan kinerja angkutan kota di Bandung relatif masih rendah, terlebih lagi masih belum maksimalnya pengaturan angkutan kota untuk masing-masing trayek yang ada di Kota Bandung.
3. Berdasarkan pada tabel 3.3 dapat diketahui bahwa waktu perjalan bolak-balik dari setiap trayek relatif sangat bervariasi. Di satu sisi ada yang mempunyai waktu relatif singkat, dan disisi lain ada yang mempunyai waktu relatif lama, sementara itu tarif yang diberlakukan relatif sama dengan peraturan pemerintah daerah, kondisi tersebut tentunya berpengaruh pada penghasilan armada angkutan.
4. Berdasarkan pada tabel 3.4 dapat dinalisa bahwa variansi antara frekuensi kendaraan pada jam sibuk dan diluar jam sibuk relatif tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variansi yang tinggi menggambarkan adanya permintaan yang tidak stabil antara jumlah kendaraan dengan ketersediaan calon pengguna jasa angkutan.
5. Berdasarkan tabel 3.5 dapat diketahui bahwa secara keseluruhan tingkat load faktor angkutan kota di Bandung relatif masih belum efisien. Hal tersebut terbukti dari masih rendahnya angka load faktor untuk seluruh trayek sebesar 44,37. Angka tersebut relatif rendah, yang mana tingkat kapasitas penumpang setiap perjalanan hanya terisi 50% dari kapasitas yang tersedia. Hal itu membuktikan juga bahwa jumlah armada angkutan sudah sangat penuh, sehingga tidak diperlukan penambahan armada yang baru.

4.2. Saran
Saran dari penelitian karya tulis ini sebagai berikut :
1. Perlunya penelitian lebih lanjut dan pengkajian yang lebih mendalam, sehingga hasil analisis evaluasi kinerja angkutan transportasi perusahaan DAMRI yang ada di Kota Bandung senantiasa relevan/sesuai dengan kenyataan di lapangan.



DAFTAR PUSTAKA



1. Introduction Electronic Payment System and Transportation, by Bob MC Queen, Chair PBS&J
2. Masterplan Teknologi Informasi Ditjen Perhubungan Darat
3. Pedoman Perencanaan Pengoperasian Lalu Lintas di Wilayah Perkotaan, Dit. BSTP, Ditjen Hubdat.
4. Sydney’s New Transport Management Centre by Anthony T Schmit
5. Traffic Control System of Japan, Japan Traffic Management Tecnology Association
6. Transportation Management Centre Concept of Operation, Implementation Guide, by Edward L. Thomas and Christine M.Johnson, Desember 1999.
7. Sydney’s New Transport Management Centre by Anthony T Schmit
8. www.damri.co.id

Contoh Karya Tulis Ilmiah.....