Monday 3 January 2011

Bussiness Plan Jamur Tiram

PENDAHULUAN

Berangkat dari niat untuk mendalami dunia usaha yang terbuka lebar serta keinginan untuk memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat maka dengan segenap pengalaman, pengetahuan, dan berbagai hasil survey serta konsultasi, penulis menyusun proposal pengembangan usaha jamur tiram ini. Pengembangan usaha ini dipilih atas beberapa pertimbangan diantaranya daya serap pasar yang masih sangat tinggi dan potensial, kebutuhan skill yang tidak begitu tinggi, biaya investasi yang relatif rendah serta telah tersedianya sarana dan prasarana utama sehingga investasi yang masuk akan dialokasikan untuk dana operasional usaha.
Budidaya jamur tiram putih yang bernama latin Pleurotus ostreatus ini masih tergolong baru. Di Indonesia budidaya jamur tiram mulai dirintis dan diperkenalkan kepada para petani terutama di Cisarua, Lembang, Jawa Barat pada tahun 1988, dan pada waktu itu petani dan pengusaha jamur tiram masih sangat sedikit. Sekitar tahun 1995, para petani di kawasan Cisarua, yang semula merupakan petani bunga, peternak ayam dan sapi mulai beralih menjadi petani jamur tiram meski masih dalam skala rumah tangga. Dalam perkembangannya, beberapa industri berskala rumah tangga bergabung hingga terbentuk CV dan memiliki badan hukum.








BAB I
LATAR BELAKANG

Makan adalah kebutuhan esensial bagi manusia. Bahkan bisa dikatakan kebutuhan paling esensial, karena apabila tidak terpenuhi bisa menyebabkan kematian bagi manusia. Dari makanan manusia bisa memperoleh energi untuk melakukan semua kegiatannya. Manusia membutuhkan makanan yang sehat dan menyehatkan bagi dirinya. Karena akan sia-sia apabila manusia mengonsumsi makanan yang tidak sehat.
Pada zaman dulu, alam masih bersahabat dengan manusia. Semua kebutuhan manusia tinggal mengambil dengan mudah dari alam. Tapi seiring dengan bertambahnya jumlah manusia, maka kebutuhan manusia menjadi sulit didapatkan. Dan dapat diprediksikan jika nanti di masa depan manusia akan kekurangan bahan makanan, apabila manusia tidak mencari jalan alternative untuk menanggulanginya. Dengan melihat kondisi alam Indonesia, khususnya Jawa Barat masih banyak potensi-potensi alam yang bisa digali dan dikembangkan untuk dijadikan sarana untuk berbisnis. Salah satunya adalah potensinya pertanian hortikultura, khususnya jamur tiram putih di daerah Cisarua, Bandung Barat. Sayangnya potensi yang dimiliki oleh jamur tiram putih ini belum bisa dimaksimalkan, baik oleh pengusaha ataupun pemerintah sendiri. Ini terjadi ketika penulis melakukan observasi ke lapangan.
Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jamur kayu yang sangat baik untuk dikonsumsi manusia. Selain karena memiliki cita rasa yang khas, jamur tiram juga memiliki nilai gizi yang tinggi. Jamur tiram mengandung protein sebanyak 19 – 35 % dari berat kering jamur, dan karbohidrat sebanyak 46,6 – 81,8 %. Selain itu jamur tiram mengandung tiamin atau vit. B1, riboflavin atau vit. B2, niasin, biotin serta beberapa garam mineral dari unsur-unsur Ca, P, Fe, Na, dan K dalam komposisi yang seimbang. Bila dibandingkan dengan daging ayam yang kandungan proteinnya 18,2 gram, lemaknya 25,0 gram, namun karbohidratnya 0,0 gram, maka kandungan gizi jamur masih lebih lengkap sehingga tidak salah apabila dikatakan jamur merupakan bahan pangan masa depan.
Jamur tiram juga bermanfaat dalam pengobatan, seperti :
• Dapat menurunkan tingkat kolesterol dalam darah.
• Memiliki kandungan serat mulai 7,4 % sampai 24,6% yang sangat baik bagi pencernaan.
• Antitumor, antioksidan, dll.
Budidaya jamur tiram memiliki prospek ekonomi yang baik. Jamur tiram merupakan salah satu produk komersial dan dapat dikembangkan dengan teknik yang sederhana. Selain itu, konsumsi masyarakat akan jamur tiram cukup tinggi, sehingga produksi jamur tiram memiliki prospek ekonomi yang bagus.
Oleh karena itu, penulis akan mencoba untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh jamur tiram putih ini untuk dijadikan sarana bisnis dan sarana untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia.





















BAB II
ANALISIS PASAR

2.1 DESKRIPSI PRODUK
Produk jamur tiram yang dihasilkan berupa :
 Jamur Tiram segar
 Produk turunan Jamur Tiram seperti kripik jamur, jamur goreng tepung, jamur siap masak dalam kemasan plastik, dll.

2.2 PROSPEK PASAR
Budidaya jamur tiram di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung telah memiliki pasar yang jelas. Hampir semua petani jamur tiram memiliki hubungan dengan pedagang yang siap menerima hasil produksi jamur tiram dari petani dengan harga yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan tanaman sayuran lainnya. Hal ini diperkuat dengan beberapa alasan sebagai berikut:
1. Permintaan jamur tiram di daerah Bandung dan sekitarnya mencapai 7 -10 ton /hari. Adapun produksi jamur tiram baru mencapai 2,5 – 3 ton /hari. Ini berarti terdapat gap sebesar 4 – 7 ton/hari, yang sedikitnya dapat diisi dalam rencana budidaya jamur tiram ini.
2. Pasar jamur tiram saat ini telah meluas di sekitar Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten sehingga diperlukan produksi jamur tiram dalam skala besar.
3. Masyarakat semakin sadar pentingnya mengkonsumsi jamur untuk tujuan kesehatan.
4. Jamur saat ini dikonsumsi sebagai pengganti daging selain dari beralihnya pola makan masyarakat kepada bahan pangan organik.

2.3 KEBUTUHAN DAN KECENDERUNGAN PASAR
Target ‘market’ usaha ini adalah konsumen jamur dari ‘house need’ sehingga kebutuhan akan jamur tiram masih tergolong tinggi dan pemenuhannya masih terbatas pada pasar tradisional pada umumnya dan beberapa ‘retail’ pada beberapa kota besar.
Sementara itu kecenderungan pasar akan jamur tiram masih tergolongkan pada secondary goods, namun permintaan pasar masih tinggi. Sebaliknya pada segmen hotel dan restoran yang kebutuhan akan jamur tiramnya cukup tinggi ‘suppliers’ jamur tiram masih minim dan masih sangat dibutuhkan.
Kecenderungan dari hotel dan restoran yang paling penting untuk disikapi adalah pelayanan akan faktor ‘satisfaction’ penyediaan barang, mulai dari ketepatan waktu, jenis pambayaran, layanan purna jual, dan yang paling utama penurunan harga jual.

2.4 TARGET PASAR
Pada tahun-tahun awal, pemasaran produk difokuskan pada pasar domestik, ‘traditional market’, dan ‘house need’.
Produk jamur segar yang dihasilkan akan dipasarkan ke / melalui :
1. Agen baik dalam skala besar maupun kecil, yang selanjutnya akan dikirim ke berbagai wilayah Bandung dan sekitarnya maupun luar Bandung seperti Jakarta, Tangerang, Bogor, Cibitung, dll.
2. Pasar tradisional Bandung dan sekitarnya. Sebagai gambaran, permintaan pasar induk seperti pasar Caringin atas produk jamur tiram ini sangat tinggi sehingga untuk skala produksi yang direncanakan dalam proposal ini pemasarannya sudah cukup melalui pasar induk.
3. Pasar swalayan, restoran, dan hotel. Pemasaran direncanakan akan dilaksanakan melalui sektor tersebut apabila produksi telah stabil serta sarana dan prasarana telah memadai.

2.5 PROYEKSI PENGEMBANGAN USAHA
Usaha ini diorientasikan sebagai usaha kecil menurut banyak pakar ekonomi, namun usaha tersebut dipandang sebagai tulang punggung dalam salah satu pemulihan ekonomi Indonesia. Untuk itu pengembangan budidaya jamur ini akan dibagi dalam tiga tahap, yaitu: tahap industri kecil awal, tahap industri kecil lanjut, dan tahap industri menengah. Penjelasan mengenai ketiga tahap industri tersebut adalah sebagai berikut :


A. Tahap Industri Kecil Awal
• Tahap ini merupakan langkah awal menuju terbentuknya industri padat karya yang kuat dan kokoh
• Menerapkan standar produksi yang tepat untuk mengoptimalkan hasil budidaya jamur.
• Penyempurnaan sistem produksi, keuangan dan distribusi.
• Penambahan tenaga kerja.
• Pencarian investor
Tahap industri kecil awal ini merupakan jembatan menuju berdirinya industri kecil yang kokoh.
B. Tahap Industri Kecil Lanjut
Tahap ini merupakan pengembangan dari tahap industri kecil awal. Setelah kebutuhan dana mencukupi, dan seluruh kekurangan telah dapat diatasi, maka dimulailah industri kecil lanjut yang ditargetkan untuk memiliki perijinan dan pembentukan badan usaha. Industri ini diharapkan mampu menyerap banyak tenaga kerja, mulai dari pekerja kasar di bagian produksi hingga profesional di bidang pemasaran, R & D dan administrasi.
Tahap industri kecil lanjut ini merupakan jembatan menuju berdirinya industri menengah nasional yang produksinya diperkirakan mencapai sedikitnya 100.000 baglog produksi per musim. Tahap industri kecil lanjut itu sendiri diharapkan mampu memproduksi hingga 9 ton per bulan. Investasi yang dibutuhkan untuk tahap industri kecil lanjut ini diperkirakan berkisar antara 150 hingga 200 juta rupiah.
C. Tahap Industri Menengah Nasional
Secara umum, tahap industri menengah adalah perluasan dari industri kecil, mulai dari sistem, kapasitas produksi hingga ekspansi distribusinya. Tidak tertutup kemungkinan untuk melakukan ekspor. Tahap ini diharapkan mampu menyerap sedikitnya 50 tenaga kerja. Investasi yang diperlukan masih dalam analisis.




BAB III
DATA PERUSAHAAN DAN MANAJEMEN

3.1 DATA PERUSAHAAN
Nama dari usaha ini adalah Mushroom MGT dengan lokasi tempat usaha adalah di Titiran Dalam 1 no 28 RT 08/ RW 05 Bandung.
NAMA USAHA : Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)
BIDANG USAHA : Produk barang
JENIS PRODUK / JASA : Produk barang
ALAMAT USAHA : Titiran Dalam 1 No 28 RT 08/RW 05 Bandung
NOMER TELEPON : 085295495450
ALAMAT EMAIL : arip_perbawa@yahoo.co.id
SITUS WEB : -

3.2 MANAJEMEN
Apabila business plan ini di setujui dan di terima oleh panitia Beasiswa YES, maka penulis akan menjalankan bisnisnya sesuai dengan bagan berikut :

BAB IV
ASPEK KEUANGAN

Untuk awalnya penulis akan mencoba berbisnis dengan para petani yang sudah berpengalaman dalam bidang jamur tiram. Penulis selaku distributor dan petani yang memproduksi jamur tiram putih. Apabila bisnis ini berjalan dengan baik dan memberikan keuntungan yang berkelanjutan kedepannya penulis akan berusaha untuk memproduksi jamur tiram putih sendiri.
Adapun anggaran yang kami gunakan adalah sebagai berikut :
1. Biaya transportasi per minggu Rp 30.000,00
2. Jamur tiram segar @Rp 8000 x 35 kg Rp.280.000,00
3. Plastik kedap udara @400 x 100 Rp 40.000,00

TOTAL BIAYA Rp 350.000,00

Untuk perhitungan hasilnya adalah sebagai berikut :
• Harga jual untuk jamur segar Rp 10.000/kg.
• Harga jual untuk jamur yang kurang segar Rp 8000/kg.
• Yang terjual sebagai jamur segar adalah 30kg x Rp 10.000 = Rp 300.000,00
• Yang terjual sebagai jamur yang kurang segar adalah 5kg x Rp 8.000 =Rp 90.000,00
• Pendapatan per minggu adalah Rp 300.000,00 + Rp 90.000,00 = Rp 390.000,00

Maka keuntungan per minggu adalah Rp 390.000,00 – Rp 350.000,00 = Rp 40.000,00

Titik Impas (Break Even Point) terhadap harga produk = Total biaya/jumlah produksi
= Rp 350.000/35kg
= Rp 10.000,00
BEP terhadap jumlah produk = Total biaya/harga jual
= Rp 350.000/Rp 10.000
= 35 kg
BEP terhadap modal = Total biaya/profit
= Rp 350.000/Rp 40.000
= 8,75 minggu

0 comments: