This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Thursday 19 April 2012

Fenomena Kampus : Persiapan Ujian system SKS (system kebut semalam) BAG 1


Fenomena Kampus : Persiapan Ujian system SKS (system kebut semalam)
BAG 1
Sepertinya kita sudah tidak asing lagi mendengar SKS. Ya bagi mahasiswa SKS ada dua arti alias bermakna ganda. Pengertian pertama SKS adalah system kredit semester. Dengan system ini para mahasiswa di beri kebebasan utk memilih mata kuliah yang akan diambil dalam satu semester.  Dalam SKS sendiri  terdapat beberapa penjabaran bagi seorang mahasiswa dan dosen (kutipan : http://walangkopo99.blogspot.com/2012/01/pengertian-sks-satuan-kredit-semester.html).
1.       Sebagai ukuran beban studi mahasiswa
2.       Sebagai ukuran penyelenggaraan pendidikan bagi tenaga pengajar
3.       Sebagai besarnya usaha untuk belajar selama satu semester
4.       Sebagai pengakuan keberhasilan mahasiswa menempuh suatu mata kuliah.
Nah itulah penjelasan tentang SKS pengertian yang pertama.
Pengertian SKS yang selanjutnya adalah system kebut semalam. Ini menyangkut cara belajar, dan kebiasaan belajar dari seorang pelajar/mahasiswa. Tidak dapat dipungkiri bahwa Sistem belajar SKS cukup ampuh untuk melawan Ujian baik Quiz,UTS maupun UAS. Yang menjadi pertanyaannya adalah apakah layak seorang pembelajar yang baik menggunakan system SKS?? Apakah ilmunya akan berguna dalam jangka waktu yang lama??
Penulis sendiri memang sering melakukan system SKS dalam menghadapi Quiz,UTS dan UAS. Karena memang itu cukup efektif dan efisien. Juga system SKS membantu untuk memahami materi yang akan di ujikan.  Tetapi dalam jangka waktu lama, ilmu yang setelah diujikan itu mendadak hilang ditelan zaman. Dalam jangka waktu lama, memang otak tidak mampu mengingat pelajaran yang lalu-lalu, paling banter hasil dari SKS kuat untuk 2 mingguan.
To be Continued……………..

Tuesday 10 April 2012

Pembuatan Jurnal Ilmiah Sebagai Syarat Kelulusan Mahasiswa, Why Not????

 Pembuatan Jurnal Ilmiah Sebagai Syarat Kelulusan Mahasiswa, Why not???
Oleh : Arip Perbawa
Baru-baru ini Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengelurakan surat edaran Nomor: 152/E/T/2012, yang berisi tentang persyaratan kelulusan bagi pembelajar program strata. Untuk S-1 dengan ketentuan menghasilkan makalah yang diterbitkan di jurnal ilmiah, S-2 pada jurnal ilmiah nasional yang terakreditasi Dikti, serta S-3 pada jurnal internasional. Surat edaran ini menjadi sebuah dilema bagi dunia pendidikan di Indonesia. Salahsatu pihak yang terang-terangan menolak adalah Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI). Sedangkan di pihak lain seperti PTN-PTN yang sukup terkenal menyetujui dan mendukung adanya pembuatan jurnal ilmiah bagi kelulusan mahasiswa, salahsatunya Universitas Padjadjaran.
Menurut penulis, pembuatan jurnal ilmiah ini sebenarnya menjadi dilema karena di satu sisi ini akan memberikan dampak positif bagi mahasiswa agar terbiasa menulis dan membuat tulisan ilmiah agar bisa bersaing dengan mahasiswa lain di luar negeri. Kebiasaan menulis mahasiswa di Indonesia masih tergolong rendah karena menurut Andryan, SH. sampai bulan Mei 2011 tercatat lebih dari 7.000 jurnal ilmiah yang diterbitkan dan kurang dari 4.000 jurnal yang secara kontinyu mengirimkan terbitannnya ke PDII-LIPI. jurnal yang saat ini dapat diakses yaitu 5.100 jurnal baik dari Perguruan Tinggi maupun Lembaga Penelitian dengan lebih dari 67.000 artikel dan 38.000 dapat diakses secara lengkap. Sedangkan hingga saat ini jumlah perguruan tinggi negeri (PTN) saja telah mencapai 83 dari total 2.975 perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Kamudian, setiap tahunnya negeri kita menghasilkan lulusan perguruan tinggi mencapai ratusan ribu lulusan. Ini menjadi sorotan bagi dunia pendidikan Indonesia. Makanya tidak jarang banyak lulusan S1 di Indonesia yang tidak mampu bersaing bahkan kemampuannya pun dipertanyakan. Tidak jarang para mahasiswa ini, agar bisa lulus mereka melakukan kegiatan plagiat alias copy paste dari karya ilmiah orang lain. Sedangkan dalam dunia pendidikan kegiatan plagiatisme adalah hal tabu yang tidak boleh dilakukan oleh kalangan akademik. Dikti mungkin berharap dengan adanya pembuatan jurnal ilmiah bagi kelulusan mahasiswa ini bisa mendorong dan menjadi acuan motivasi agar mahasiswa terbiasa membuat karya ilmiah.
Di sisi lain terdapat dampak negative yaitu dampak waktu kelulusan. Dengan adanya pembuatan jurnal ilmiah ini akan menambah ‘beban’ bagi mahasiswa yang tidak terbiasa membuat tulisan ilmiah. Membuat skripsi saja sudah membuat ‘mati kutu’ apalagi ditambah dengan jurnal ilmiah bisa capeknya setengah mati. Sehingga waktu untuk lulus 3,5 – 4 tahun akan menjadi lebih lama lagi. Ini akan menjadi tekanan mental tersendiri bagi mahasiswa. Tidak setiap PTN/PTS di Indonesia memiliki media penerbitan jurnal ilmiah. Ini juga menjadi masalah. Selain itu terdapat juga perbedaan kemampuan/skill mahasiswa di PTN/PTS. Tidak semua mahasiswa memiliki kemampuan menulis yang baik dan benar. Karena setiap manusia pada hakikatnya memiliki kemampuan yang berbeda. Ada yang jago menulis, berolahraga, main musik, dan sebagainya. Apakah ini sudah dipertimbangkan???
 Kita lihat juga para pengajar/dosen di PTN/PTS apakah mereka terbiasa menulis ilmiah?? Apabila dosennya saja tidak terbiasa dengan tulisan ilmiah bagaimana dengan peserta didik /mahasiswa-nya? kan ada pepatah, Guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Jadi harus dipersiapkan juga tenaga pendidik yang mampu memotivasi/mendorong, memberi contoh dan mengajarkan cara membuat jurnal ilmiah yang baik dan benar. Jangan sampai ini menjadi boomerang bagi system pendidikan kita. Mahasiswa membuat jurnal ilmiah tapi tidak mampu mempertanggung jawabkan secara sosial bahkan tidak mempunyai kegunaan bagi masyarakat.
Sebenarnya apabila kita berfikir positif, tidak menjadi masalah dengan adanya pembuatan jurnal ilmiah bagi kelulusan mahasiswa. Ini akan menjadi tantangan sekaligus peluang bagi mahasiswa. Bagi yang terbiasa membuat karya ilmiah, ini menjadi dorongan agar terus mengasah dan membuat karya ilmiah yang lebih baik lagi. Sedangkan bagi mahasiswa yang belum terbiasa dengan karya ilmiah, ini menjadi peluang untuk terus belajar sehingga mampu membuat karya ilmiah. Kemampuan menulis pun akan lebih baik. Tidak ada kata sulit dalam belajar, asalkan kita mau berusaha dengan cerdas dan keras. Ingat, ketika ada kemauan maka disana ada jalan untuk sukses.
            Ini akan menjadi penilaian juga tolok ukur akan kemampuan mahasiswa terutama S1,S2 dan S3 apakah hasil belajar dari perkuliahan berhasil atau sebaliknya?? Jangan sampai kita lulus hanya sebatas lulus tanpa memiliki kemampuan yang mumpuni untuk terjun ke dunia kerja ataupun ke masyarakat. Begitu juga dengan titel yang kita miliki setelah kita lulus dari S1, S2, dan S3. Jangan hanya sebatas titel dan kebanggaan tapi jadikan itu semua sebagai pertanggung jawaban terhadap tingkat intelektualitas kita sebagai kaum terdidik.
            Kembali ke permasalahan pembuatan jurnal ilmiah, sebagaimana penulis katakana diatas bahwa kemampuan menulis karya ilmiah mahasiswa Indonesia masih tergolong rendah. Tapi, ada satu jalan keluar untuk melawan masalah tersebut adalah adanya kemauan yang kuat disertai dengan kemampuan yang mumpuni. Jangan hanya kemauan saja, karena akan sia-sia apabila kita hanya membuat jurnal ilmiah yang tidak tersturuktur dan tidak punya dasar ilmunya, juga harus disertai dengan kemampuan akan  cara penulisan dan ilmu yang mendasari pembuatan jurnal ilmiah. Begitu juga jangan hanya kemampuan saja, karena apabila kita punya kemampuan untuk membuat jurnal ilmiah tapi tidak mempunyai kemauan yang kuat maka kita pembuatan jurnal ilmiah itu tidak akan beres. Jadi perlu perpaduan kemauan disertai kemampuan.
Dalam pembuatan jurnal ilmiah ada satu hal yang harus diperhatikan yaitu proses pembuatan jurnal ilmiah itu sendiri. Terkadang mahasiswa melihat hanya hasil dari penulisan jurnal ilmiah tersebut. Jangan sampai terburu-buru dalam pembuatan jurnal ilmiah ini, sehingga hasilnya pun akan ala-kadarnya dan segala cara akan ditempuh demi hasil terbaik, baik cara dengan cara plagiat ataupun dibuatkan oleh orang lain. Hal ini yang harus kita hindari. Kita harus mencoba untuk membuat sendiri, sehingga kita tahu sejauh mana kemampuan penulisan jurnal ilmiah kita. Nikmati proses pembuatannya, karena dengan kita menikmati proses kita akan merasa senang mengerjakannya. Tidak terburu-buru tapi kita fokus dan manage waktunya dengan baik. Dengan begitu, ketika proses pembuatannya dilakuakan dengan cara yang terbaik maka hasilnya pun akan mendapatkan yang terbaik. Ini adalah hukum alam. Karena Tuhan juga melihat pekerjaan itu bukan dari hasilnya tetapi dari prosesnya.
Banyak cara agar kita terbiasa dengan kegiatan menulis jurnal ilmiah. Salahsatu contohnya adalah kita membuat tulisan di blog. Kita tuangkan ide-ide brilian kita pada blog/website yang kita buat. Kita ambil tema-tema dari permasalahan yang sedang terjadi misalnya masalah pro-kontra kenaikan BBM. Kita gunakan bahasa sendiri untuk membahas isu tersebut. Ingat, jangan sampai plagiat juga. Walaupun pada awalnya agak sulit tapi dengan kita terbiasa maka akan menjadi mudah. Pepatah mengatakan, bisa karena terbiasa. Ayo jangan sampai kita down duluan ketika harus membuat jurnal ilmiah. Kita buktikan bahwa mahasiswa adalah actor perubahan yang memiliki tingkat inteletual tinggi. ©AP 2012